Sejarah selalu berhasrat untuk diluruskan... mengenang Omar Dhani "mantan Panglima AURI" (23 Januari 1924 – 24 Juli 2009)

Sekilas tentang Omar Dhani :
Marsekal Madya TNI Purn. Omar Dhani (lahir di Solo, Jawa Tengah, 23 Januari 1924 – wafat di Jakarta, 24 Juli 2009 pada umur 85 tahun) adalah Kepala Staf TNI Angkatan Udara periode 1962 - 1965. Ia merupakan putra dari KRT Reksonegoro, Asisten Wedana Gondangwinangun, Klaten. Tahun 1956, ia mendapat tugas belajar pada Royal Air Force Staff College di Andover, Inggris.

MASA REMAJA.Omar Dhani mengawali pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Klaten, Jawa Tengah tahun 1937. Kemudian di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Kristen, Solo tahun 1940. Di tahun 1942, Omar masuk Algemeene Middlebare School (AMS) B di Yogyakarta.

KARIR.Beliau ikut serta dalam beberapa penugasan operasi militer, seperti pada PRRI di Sumatera. Kemudian Omar Dhani menjadi Menteri/Kepala Staf Angkatan Udara menggantikan Laksamana Udara Surjadi Suryadarma pada tahun 1962.Sebelum menduduki jabatan puncak di TNI Angkatan Udara sebagai Marsekal, Panglima Angkatan Udara di era Presiden Soekarno (1962-1965), Omar Dhani pernah meniti karir sebagai penyiar bahasa Inggris di Kementerian Penerangan dan RRI Jakarta sejak tahun 1946 hingga 1947.

KETERLIBATAN "30 September".Nama Omar Dhani mencuat dalam kasus pemberontakan G30S/PKI. Ia diadili dalam Sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) dan divonis hukuman mati pada bulan Desember 1966. Namun setelah itu, bersama dengan Soebandrio, ia mendapat grasi yang dikeluarkan pada 2 Juni 1995. Akhirnya, suami dari Sri Wuryanti ini dapat menghirup udara bebas pada 15 Agustus 1995. Pada tahun beliau dituduh terlibat Peristiwa G-30-S karena Landasan Udara Halim Perdanakusumah yang berada dibawah wewenangnya dijadikan tempat pelatihan Gerwani onderbouw PKI.Dia dituduh membiarkan dan memberikan tempat berlatih bagi Gerwani dan yang di tuduh PKI di kawasan Halim yang merupakan daerah kekuasaannya pada masa itu.

Di dalam buku sejarah, nama-nama itu bukanlah pahlawan. Omar Dani, Untung, Latief, Aidit, Subandrio, dan seterusnya dalam sejarah versi Orde Baru adalah sosok gelap. Melalui Buku Putih, film Pengkhianatan G30S-PKI karya Arifin C. Noer, dan kampanye total selama 32 tahun, Orde Baru menciptakan sebuah sejarah yang kita kenal: Gerakan 30 September 1965 adalah perbuatan terkutuk Partai Komunis Indonesia, dan mereka yang terlibat (beserta keluarganya) layak diganjar hukuman seberat-beratnya.

Kini, nama-nama gelap itu mulai menggeliat, bergerak, berbondong-bondong membuka mulut dengan suara parau mencoba memberikan kesaksian. Adalah Omar Dani, mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), yang dituduh melakukan makar terhadap pemerintah Indonesia, dan kesaksian Omar Dani pertama kalinya di depan publik luas setelah berdiam diri selama 30 tahun.

Wawancara antara koran tempo dengan Omar Dhani semasa hidup bisa dilihat di http://www.tempo.co.id/harian/wawancara/waw-oemardhani.html karena terlalu panjang saya taruh linknya saja.

Jasa-jasanya sempat dilupakan, terhapus oleh dosa politiknya. Namun pada saat kepemimpinannya AURI, bisa menjadi kekuatan udara yang paling kuat di belahan bumi selatan pada era 1960an.

Saat itu raungan pesawat-pesawat pancar gas milik AURI menggetarkan langit. Kekuatan raksasa milik AURI saat itu bertumpu pada pesawat-pesawat buatan Rusia seperti Mig 15 UTI, MiG 17 Fresco, MiG 19 Farmer dan MiG 21 Fishbed.

Nama Omar Dhani sempat tabu untuk diucapkan pada zaman Soeharto berkuasa. 29 tahun hidupnya dihabiskan di penjara. Tuduhannya terlibat G 30 S/PKI, dosa yang dianggap paling besar pada zaman orde baru.

Sidang Mahkamah Militer Luar Biasa mengganjarnya dengan hukuman mati. Namun eksekusi tidak juga dilaksanakan. Belakangan hukuman diganti menjadi hukuman seumur hidup.

Penyakit menggerogoti kesehatan Omar Dhani, ditambah usianya yang makin tua. Akhirnya dia menghembuskan nafas terakhirnya Jumat (24/7/2009) pukul 14.00 WIB di RSPAU.

Selamat jalan Marsekal....

Dari berbagai sumber

0 comments:

Posting Komentar